Ragam Ulos Batak

Ulos JUGIA


Ulos ini disebut juga "Ulos na so ra pipot" atau pinunsaan. Ulos ini biasa dipakai oleh Bapak-bapak. Pada waktu terakhir ini, banyak kita lihat bahwa ulos ini disamperkan kepada orangtua pengantin laki-laki yang disebut sebagai Ulos Pansamot. Ulos Pansamot ini ada juga yang memberikan dari jenis ulos Sibolang maupun dari jenis ulos Ragihotang sesuai dengan kemampuan yang tersedia. Jenis Ulos Jugia ini menurut keyakinan Orang Batak tidak dapat dipakai sembarang orang, kecuali oleh orang yang sudah Saur Matua, yaitu semua anak laki-laki dan perempuan sudah kawin dari semua anaknya itu telah mempunyai cucu. Hanya orang yang demikianlah yang disebut "Na Gabe" yang berhak memakai ulos ini. Selama masih ada anaknya yang belum kawin atau masih ada yang belum inendapat keturunan, walaupun telah mempunyai cucu-cucu dari anak laki-laki dan perempuan lainnya yang telah kawin, belum bisa digolongkan sama dengan tingkatan Saur Matua.

Beratnya aturan pemakaian jenis ulos ini menyebabkan ulos ini merupakan benda langka hingga banyak orang Batak yang tidak mengenalnya. Ulos ini sering merupakan barang warisan orangtua kepada anaknya dan nilainya sama dengan sitompi (emas yang dipakai oleh isteri raja-raja pada waktu pesta).


Ulos RAGIDUP


Ulos ini setingkat di bawah Ulos Jugia. Banyak orang beranggapan Ulos Ragiduplah yang paling tinggi nilainya oleh sebab memang dilihat dari bentuk (motifnya), lebarnya cara penenunannya yang sangat rapi dan teratur, sangat nyata perbedaannya dari ulos-ulos yang lain. Dan memang cara penenunan ulos Ragidup ini sangat sulit, harus teliti sekali, dan hanya dipercayakan pada penenun yang telah cukup banyak mempunyai pengalaman dalam tenun-menenun. Ulos Ragidup sebenamya terdiri dari 5 (lima), bagian yang ditenun secara terpisah-pisah baru kemudian disatukan (diihot) dengan rapi hingga jadi bentuk satu Ulos.

Ada dua sisi Ulos ini sebelah kiri dan sebelah kanan disebut ambi. Bagian tengah ada 3 bagian, di pinggir atas dan pinggir bawah yang disebut "Kepala Ulos", yang hampir mirip bentuknya, tetapi tidak sama benar, disebut namanya "Tinorpa", dan bagian tengahnya merupakan "Badan Ulos", yang disebut "Tor". Penenunan ke lima bagian tersebut dilakukan dengan sangat cermat sekali. Oleh sebab semua motifnya memberikan arti

tersendiri. Oleh sebab itu pada waktu memesan Ulos Ragidup yang berkepentingan perlu menjelaskan maksud penggunaan ulos tersebut atau bilamana hendak membeli yang sudah ada, maka motif-motif ulos tersebut diperiksa secara teliti.

Dahulu kala untuk mempersiapkan penenunan Ulos Ragidup ini sering dilakukan cara gotong-royong oleh 5 orang, masing-masing satu bagian seperti dijelaskan di atas dengan tetap mengindahkan keahlian dan keterampilan 5 orang penenun tersebut. Ulos Ragidup dapat dipakai untuk berbagai keperluan, baik untuk acara dukacita maupun pada acara sukacita, juga dapat dipakai oieh Raja-raja Adat, orang berada, maupun oleh Rakyat biasa, selama memenuhi beberapa pedoman, misalnya diberikan sebagai Ulos Pargomgom, ada juga diberikan sebagai Ulos Pansamot pada acara pesta perkawinan, atau diberikan sebagai Ulos Panggabei pada waktu orangtua meninggal dunia yang telah mencapai satu tingkat hagabeon tertentu, hal-hal mana akan diterangkan lebih jauh nanti. Dalam satu pesta perkawinan ada juga Suhut Sihabolonan yang menyandang Ulos Ragidup, dengan demikian para tamu dapat terus mengenal dan me

mbedakannya dari hasuhuton lainnya yang juga memakai Ulos, tetapi bukan lagi Ulos Ragidup tetapi misalnya Ulos Sibolang, Ragi Hotang dan lain-lain. Seperti kita ketahui dalam setiap upacara adat misalnya pada pesta perkawinan maka landasannya adalah Dalihan Natolu. Maka dalam acara adat tersebut yang menjadi hasuhuton adalah Suhut Sihabolonan bersama-sama Dongan Tubunya sebab dalam kekeluargaan Suku Batak,

kelompok satu marga (Dongan Tubu) adalah "Sisada raga, somba", terhadap kelompok marga lain.

Namun demikian ada pepatah Batak yang mengatakan:

Martanda do Suhut, Marbona sangkalan

Marnata do suhut, Marnampuna Ugasan

Yang dapat diartikan, walaupun pesta itu adalah untuk kepentingan dan atas nama bersama, dimana semua Dongan Tubu berhak tampil dan bersuara dan juga ikut sebagai pengundang, malahan yang menonjol dalam pengurusan dan sebagai Raja Parhata (Parsinabul) adalah dari Dongan Tubu, akan tetapi

kedudukannya dari Suhut Sihabolonan tetap dihargai dan dalam hal-hal tertentu tetap mempunyai hak untuk memberi kata akhir. Oleh sebab itu dengan memakai Ulos Ragidup dapat dengan jelas diketahui oleh para hadirin yang menjadi Suhut Sihabolonan.


Ulos RAGI HOTANG


Dahulu pada jaman Nenek Moyang kita pernah pula Ulos ini diberikan kepada sepasang penganten yang disebut sebagai Ulos Hela. Dengan pemberian Ulos ini dimaksudkan agar ikatan lahir dan batin kedua penganten dapat teguh seperti ikatan rotan (hotang). Tetapi belakangan ini telah banyak, kita lihat bahwa Ulos ini dipergunakan adalah sebagai Ulos Holong. Sehingga ramai-ramailah kerabat keluarga yang menyampaikannya kepada kedua pengantin pada acara pesta perkawinan tersebut.

Pada acara-acara pesta yang lain pun Ulos ini telah banyak dipergunakan umpama, pesta baptisan anak-anak, pesta anak sidi (manghatindangkon haporseaon) disampaikan kepada Boru, Bere, Ibebere dan cucu sebagai tanda turut merasa gembira dan mengucapkan doa syukuran terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Untuk upacara penyambutan tamu-tamu untuk ini muda-muda kita dapat dipersiapkan lengkap memakai Handehande dan Hobahoba dari jenis Ulos Ragi Hotang, sangatlah menarik dan semarak nampaknya. Juga Ulos ini dapat diberikan pada acara mangupaupa dan pesta lain pada acara gembira yaitu pesta-pesta gembira-ria.


Ulos SADUM


Ulos ini penuh dengan warna-warni yang ceria hingga sangat cocok dipakai dan dipergunakan untuk suasana sukacita dan banyak orang yang ingin memiliki. Pada akhir-akhir ini kita perhatikan sesuai dengan permintaan penganten pada acara pesta perkawinannya sudah banyak orangtua memberikan Ulos Sadum ini sebagai Ulos Hela. Cara pemberiannya kepada kedua penganten ialah disampirkannya dari sebelah kanan pengantin laki-laki setinggi bahu terus sampai ke sebelah kiri pengantin perempuan. Ujung sebelah kanan dipegang oleh tangan kanan pengantin laki-laki dan ujung

sebelah kiri dipegang dengan tangan kiri oleh pengantin perempuan lalu disatukan dimuka penganten itu seperti terikat. Dan seterusnya oleh Ibu Penganten perempuan tersebut disampirkanlah 1 (satu) helai kain sarung (mandar) ke atas pundak penganten lelaki Helanya itu.

Begitu indahnya Ulos Sadum itu sehingga sering dipakai Ulos kenang-kenangan diberi kepada pejabat-pejabat yang berkunjung ke Daerah. Baik tamu dalam negeri mapun tamu dari manca Negara. Mereka sangat bangga menerima Ulos yang disematkan di bahunya karena benar-benar merasakan bahwa pemberian ulos tersebut merupakan suatu penghormatan baginya.


Ulos RUNJAT

Ulos ini biasanya dipakai oleh orang kaya atau orang terpandang bepergian pada menghadiri pesta-pesta atau sebagai undangan. Ulos ini dapat juga diberikan kepada pengantin oleh keluarga dekat menurut tohonan Dalihan Natolu diluar hasuhuton Bolon, misalnya Tulang, Pariban, dan Pamarai.

Juga Ulos ini dapat diberikan pada waktu acara mangupaupa dan pesta-pesta lain. Kelima jenis ulos yang disebut di atas adalah merupakan Ulos simpanan, yang hanya kelihatan pada waktu tertentu saja. Karena Ulos ini jarang dipakai, hingga tidak perlu dicuci biasanya cukup dijemur pada siang hari.


Ulos SIBOLANG


Ulos ini dapat dipakai untuk keperluan pada acara untuk keperluan dukacita dan sukacita. Untuk keperluan dukacita biasanya dipilih dari jenisyang warna hitamnya menonjol, sedang bila dalam peristiwa sukacita dipilih dari jenis yang warna putihnya menonjol. Dalam peristiwa dukacita Ulos ini paling banyak dipergunakan orang misalnya untuk Ulos Saurmatua, Ulos sampesampe, harus dipakai dari Ulos ini, tidak boleh dari jenis Ulos yang lain.

Dalam upacara perkawinan ulos ini biasa dipakai sebagai tutup ni ampang dan bisa disandang sebagai Handehande, tetapi harus dipilih dari jenis yang warna putihnya agak menonjol. Inilah yang disebut sibolang "Pamontari". Karena Ulos ini dapat dipakai untuk beberapa keperluan adat maka ulos ini terlihat

paling banyak dipakai dalam upacara adat, hingga dapat dikatakan "memasyarakat".

Harganya juga relatif murah sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat banyak. Hanya saja ulos ini tidak biasa dipakai sebagai ulos pangupa atau ulos parompa.


Ulos SURISURI GANJANG

Ulos ini dinamai Ulos surisuri Ganjang karena raginya berbentuk sisir memanjang. Ulos ini dapat diberikan sebagai ulos Hela kepada pengantin baru. Dahulu Ulos ini sebagai sampesampe/handehande. Pada waktu acara menari dalam hal memukul gendang, ulos ini dipergunakan oleh pihak Hulahula untuk manggabei (mangolopi) pihak borunya. Karena itu Ulos ini sering juga disebut Ulos sabesabe.

Ada istimewanya ulos ini yaitu karena panjangnya melebihi Ulos biasa, hingga bisa dipakai sebagai sampesampe, bila dipakai dua lilit pada bahu kiri dan kanan, sehingga kelihatan si pemakai layaknya

memakai 2 buah ulos. Ada pula ulos ini dipakai sebagai ulos parompa sebagai simbol agar mencapai kesehatan dan mencapai umur yang panjang hendaknya.


Ulos MANGIRING


Ulos ini mempunyai ragi yang saling iring mengiringi, melambangkan kesuburan dan kesepakatan. Sering diberikan oleh seorang tua, sebagai ulos parompa kepada cucunya agar seiring dengan pemberian

ulos ini kelak agar lahir adik-adiknya beriringan anak laki-laki dan anak perempuan sebagai temannya seiring dan sejalan.

Sebagai pakaian sehari-hari ulos ini dapat dipakai sebagai talitali (detar) untuk laki-laki dan untuk wanita disebut saong atau tudung. Pada waktu upacara mampe goar ulos ini dapat pula dipakai sebagai bulangbulang diberikan oleh pihak hula hula kepada menantunya.



Ulos BINTANG MARATUR


Ragi ulos ini menggambarkan jejeran bintang yang teratur. Jejeran bintang ini menggambarkan orang yang patuh rukun seia dan sekata dalam ikatan kekeluargaan. Juga dalam hal sinadongan (kekayaan) atau hasangapon (kemuliaan) tidak ada yang timpang baik dalam hak hagabeon (banyak keturunan) anak laki-laki dan perempuan. Semuanya berada dalam tingkatan rata-rata sama. Dalam hidup sehari-hari bahwa hulahula yang berkompeten menyampaikan "Ulos Mula Gabe" kepada borunya yang akan melahirkan anaknya yang pertama. Tujuan pemberian ulos ini adalah menunjukkan rasa kasih sayang orangtua kepada borunya, dalam rangka membangkitkan semangat hidup dan rasa percaya diri kepada borunya dalam persalinannya yang akan datang.

Untuk acara adat yang berkaitan dengan hal di atas biasa disampaikan oleh Hulahula ulos yang diberi nama "Ulos Mula Gabe" ini dari jenis Ulos Bintang Maratur. Disertai doa restu kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmatNya dikaruniakan hendaknya kelahiran anak laki-laki dan perempuan secara teratur kepada borunya. Selanjutnya pada acara adat mampe goar untuk anak yang sulung itu harus diberi dari ulos jenis Bintang Maratur.

Ulos SITOLUNTUHO

Ulos ini dapat dipakai sebagai Ulos Parompa yang diberikan kepada seorang cucu yang baru lahir. Ada pula yang memakai ulos ini sebagai ikat kepala yang disebut namanya tali tali dan oleh wanita ada pula yang memakainya untuk selendang atau handehande. Jenis ulos ini dapat dipakai sebagai tambahan yang dalam istilah adat Batak dikatakan sebagai Ulos Panoropi yang diberikan oleh pihak hulahula kepada pihak boru yang sudah terhitung keluarga jauh. Disebut, sitoluntuho karena raginya berjejer tiga merupakan tuho atau tugal yang biasa dipakai untuk melobang tanah untuk ditanami.


Ulos JUNGKIT

Ulos jenis ini juga disebut ulos na nidongdang atau ulos purada. Purada atau permata merupakan penghias dari ulos tersebut sehingga cantik kelihatannya. Dahulu ulos ini dipakai oleh para anak gadis dari keluarga raja-raja merupakan hoba hoba yang dipakai hingga batas dada. Juga dipakai pada waktu menerima pembesar atau pejabat-pejabat atau waktu pesta yang beragam-ragam.

Pada masa-masa terakhir ini permata yang disebut di atas telah jarang diperdagangkan, maka bentuk permata dari ragi ulos tersebut diganti dengan cara "manjungkit" benang ulos tersebut. Maka disebut nama ulos ini ulos jungkit.


Ulos LOBU LOBU

Masih ada lagi jenis Ulos Batak yang lain, tetapi yang sudah jarang sekali kelihatan dan jarang dipakai dalam acara-acara adat biasa, misalnya Ulos Lobu Lobu yang mempunyai keperluan khusus untuk orang yang sering dirundung kemalangan. Oleh sebab itulah ulos ini jarang sekali sehingga banyak orang tidak mengenalnya lagi.

Ada keistimewaan ulos ini, yaitu sesudah selesai ditenun, rambu dari ulos ini tidak dipotong, dibiarkan saja demikian sebagaimana adanya. Tujuannya supaya baik dipakai sebagai kain sarung, dan bila dipakai sebagai ulos parompa agar anak yang digendong tak mudah jatuh dari gendongan tersebut.

Dinamai ulos lobu lobu (lobu = masuk) agar hal yang terbaik masuk ke dalam rumah pemakainya.

Ulos Lain-lain Sekedar untuk mengetahuinya, dibawah ini disebut beberapa jenis Ulos Batak lainnya:

  • Ragi Panei

  • Ragi Hatirongga

  • Ragi Ambasang

  • Ragi Sidosdos

  • Ragi Sampuboma

  • Ragi Siantar

  • Ragi Sapot

  • Ragi Siimput ni hirik

  • Uos Bolean

  • Ulos Padang rusa

  • Ulos Simata

  • Ulos Happu

  • Ulos Tukku

  • Ulos Lobu-lobu

  • Dan lain-lain.

No comments: